Follow Us to Update News :
Follow @ahmadjakfar
===============================================
Bapak Rektor UI Yang Terhormat,
Sebenarnya, berat hati ini untuk menulis surat ini, karena saya tahu, saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanyalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk menyelesaikan skripsi dan beberapa mata kuliah lain..Tapi, entah mengapa,,hati ini berontak dan memaksa jari ini untuk menuliskan sesuatu..sesuatu yang selalu meresahkan dan mengganggu pikiran dan hati saya..karena itu, izinkanlah saya menuliskan surat terbuka ini untukmu..izinkanlah saya mencurahkan isi seluruh hati ini padamu..bukankah engkau selalu memanggil kami mahasiswa UI sebagai ‘anak-anakmu’ dan engkau selalu menyebut dirimu sebagai ‘ayah’ bagi kami? Karena itu, anggaplah surat ini adalah surat dari ‘anakmu’ sendiri..yang sedikit ingin ‘mengadu’ atas semua kebijakanmu..bukan seorang ‘musuh’ yang mencoba-coba mencari kesalahanmu..
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri,
Sejujurnya, untuk pertama kalinya saya melihat Anda dikampanye calon Rektor tahun 2007, saya sangat berharap Andalah yang menjadi rektor UI..meskipun dekan saya dari FEUI mencalonkan diri..hati saya cenderung kepada Anda..karena saya terkesan dengan sikap dan kewibawaan Anda..yang akrab dan dekat dengan masyarakat UI, termasuk kami mahasiswa..Bahkan, saya masih teringat, Anda pernah berjanji, Anda TIDAK AKAN menaikkan biaya kuliah lagi..anda akan berusaha keras untuk mencari pendanaan lain di luar mahasiswa..dengan memaksimalkan strategic partnership dengan corporate, memaksimal Ventura dan Unit Bisnis UI..
Saya yakin, siapa pun mahasiswa yang hadir saat itu, pasti akan mencatat betul apa yang Anda sampaikan..Dan saya juga yakin, semua mahasiswa yang hadir saat itu bangga kepada Anda..seorang calon Rektor yang Muda, Cerdas dan Merakyat..
Tapi..kebanggaan ini tidak berlangsung lama..setelah Anda menjadi Rektor.. Anda berencana menaikkan BOP sebesar 300 ribu dengan alasan inflation adjustment..Luka pertama kami untuk pertama kalinya terjadi..kami pun dengan serta merta menolak keras kebijakan itu..karena itu telah menghiantai janji Anda saat kampanye..
Setelah saudara Edwin (Ketua BEM UI) dan Salman (MWA UM) menyampaikan aspirasi kami, Anda pun mengubah kebijakan Anda..namun, Anda mencari taktik lain agar supaya nilai besaran BOP berubah..Anda undang para pemimpin kami. Dengan kepiawaian komunikasi Anda, Anda terangkan secara ‘terbuka’ dan ‘jujur’ kondisi keuangan UI..Anda ajak para pemimpin kami untuk ‘empati’ dengan kondisi keuangan UI..kemudian dengan penuh ‘kerendahan hati’ Anda meminta tolong kepada para pemimpin kami untuk memikirkan ‘masalah’ ini..Maka kemudian dibentuklah tim kecil yang merumuskan sistem pembayaran baru..maka munculah istilah BOP Berkeadilan atau biasa disebut BOP B..
Saya masih ingat, saudara Edwin pernah mengatakan, BEM UI menerima BOP B dengan beberapa syarat.
Pertama, mahasiswa terlibat 100% dalam mengawalan proses BOP B, bahkan dalam proses pembuatan matrix BOP B (bukan hanya dalam proses entri data, advokasi dan rekomendasi). Kedua, UI harus melakukan Transparansi dan Akuntabilitas keuangannya. Dan ketiga, UI harus melakukan transisi pembiayaan kampus dari pembebanan kepada mahasiswa menjadi pembiayaan kemitraan strategis dan unit bisnisnya. Dan dari semua persyaratan Anda pun menerimanya.
Luka yang kedua pun terjadi lagi. Dengan menyakitkan hati-hati kami, Anda menyalahi janji-janji Anda. Hampir semua persyaratan itu Anda ingkari. Janji yang pertama, dalam implementasi BOP B, matrix yang dijadikan acuan, bukan matrix yang dibuat oleh kami mahasiswa, Anda ternyata memiliki matrix sendiri, yang sudah Anda buat dengan tim Anda. Dan Anda tidak terbuka dengan sistem matrix itu. Dan masalah advokasi dan rekomendasi mahasiswa, di beberapa fakultas mengalami masalah cukup serius. Janji yang kedua pun sama. Transparansi dan Akuntabilitas keuangan UI pun tak kunjung tiba..bahkan untuk mengakses laporan keuangan saja tidak tahu harus kemana (beda dengan NUS, Melbourne yang bisa dengan mudah diakses di internet). Janji yang ketiga mengalami nasib yang sama, vendor dan unit bisnis jalan ditempat, peningkatan pemasukan dari mahasiswa naik berkali lipat..
Kami pun berang..kami pun beringsut mendatangi Rektorat..menuntut pertanggungjawaban Anda..atas semua janji-janji manis Anda..yang tidak terbukti itu..Anda pasti masih ingat dengan saudara Adi (Ketua BEM FT)..yang membawa pisau untuk, maaf, memotong telinga anda? Karena beberapa malam sebelumnya, anda berjanji akan memotong telinga Anda jika Anda mengingkari janji-janji Anda….Malam itu di rumah Anda..dengan hidangan yang lezat..dengan segala perbincangan yang ‘intim’..dengan segala bentuk bujukan yang Anda sampaikan kepada kami..tidak ingatkah Anda saat itu..saat dimana Anda mencurahkan keluh kesah Anda karena Anda dikucilkan oleh Rektor-rektor lain di forum rektor..sehingga Anda punya alasan untuk membuat ujian masuk baru yang bernama UMB?
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri
Tahun 2009 kemarin, untuk ketiga kalinya, dan mungkin terakhir kalinya, saya terlibat dalam proses ini, karena saya kebetulan menjadi Ketua BEM FEUI. Di tahun ini, Anda sering membuat kejutan..karena tiba-tiba Anda membuat SIMAK UI yang mendominasi proses rekruitmen mahasiswa baru..Anda berencana membuat perpustakaan terbesar di Asia..Anda akan berencana membuat jalan besar yang ke arah rektorat..Dan yang lebih mengejutkan lagi..ketika saya awal menjadi Ketua BEM, saya mendapat keluhan dari beberapa dosen yang mengaku gajinya tidak turun selama tiga bulan..bukan hanya itu..uang block grant kemahasiswaan juga mengalami nasib yang sama..
Belum selesai masalah itu..muncul lagi masalah terkait BOP B lagi..karena dari website penerimaan UI, tercantum ada tiga cara pembayaran masuk UI. Pertama, bayar penuh. Kedua, bayar cicil. Ketiga, ambil BOP B. Kami pun sangat terkejut melihat pengumuman ini? Setelah kita konfirmasi, tidak ada perubahan. Waktu itu saudara Tiqo ( Ketua BEM UI) dan kami ketua-ketua BEM Fakultas mendatangi anda untuk konfirmasi. Anda pasti masih ingat, saat itu anda ditemani oleh bu Kasiyah (Fasilkom).
Kami mempertanyakan tiga sistem pembayaran itu. Kenapa ada tiga? Bukankah yang kita sepakati dan yang tertera SECARA TERTULIS DI SK REKTOR hanya ada satu sistem pembayaran: yaitu sistem pembayaran BOP B, tidak ada yang lain. Kenapa tiba-tiba muncul pembayaran penuh dan cicilan? Kenapa bisa begitu?
Tiba-tiba Anda menanyakan bunyi SK Rektor itu. Kemudian saya bacakan untuk anda. Dan Anda pun berkata, “ Kalau di SK seperti itu, ya kita ikuti SK itu. Saya juga baru tahu bunyi SK itu”. Saya benar-benar kaget saat itu. Bagaimana mungkin Anda baru tahu padahal Anda sendiri yang membuat SK itu? Lalu Anda bilang kepada kami, “ Pada prinsipnya, saya akan jamin 100% mahasiswa yang sudah masuk UI tidak akan DO gara-gara tidak punya biaya. Catat itu!”.
Untuk yang ketiga kalinya, luka kami terulang..Setelah proses advokasi dijalankan..kami bertemu dan melakukan evaluasi bersama..beberapa fakultas bermasalah..seperti FKG, FIK, FKM dan FMIPA (Fakultas yang lain mengalami berbagai kesulitan tapi tidak terlalu signifikan).. yang paling parah di FIK..bahkan Ketua BEM dan Adkesmanya mendapat tekanan yang cukup parah dari Dekanatnya (ini pengakuan dari bersangkutan) dan FKG juga mengalami masalah cukup serius sampai Si Adis Ketua BEM FKG harus beringsut meminta bantuan dari kami.
Rapat itu pun menghasilkan keputusan..Sospol Net yang dikomandani oleh Farid Septian, mencatat semua kesalahan itu dan memblow up beberapa kesalahan yang terjadi dengan memasang Baliho di depan halte Stasiun UI. Para Mahalum pun marah-marah karena ketika kejadian ini terjadi, mereka ada di Malang mengikuti Pimnas (disamping mendapat sms yang membakar emosi mereka). Mungkin saat itu Anda di luar negeri, Anda tidak tahu kondisi di sini. Karena, sejak saat itu, para mahalum yang dipimpin oleh Pak Komar mengambil posisi Melawan kami, dan menjadikan kami ‘musuh’ yang harus ditaklukan.
Kami pun saling bertemu dengan para mahalum, hampir tiga kali kami bertemu dan tidak menemukan titik terang. Mereka marah dengan sikap kami yang menurut mereka tidak bermoral dengan memblow up kesalahan-kesalahan itu sedangkan kami tetap keras kepala dengan pendapat kami (meskipun saya sangat kecewa karena ada beberapa Ketua BEM yang berkhianat dan menjadi pengecut sejati).
Setelah ada beberapa ketua BEM yang kooperatif dan menunjukan ‘kepatuhannya’ kepada mahalum mereka, Kemarahan mahalum ini tiba-tiba mengerucut pada dua nama.
Pertama, Farid Septian (sebagai eksekutor) dan Tiqo (sebagai Ketua BEM UI). Lebih lanjut Pak Komar mengeluarkan surat pembekuan BEM UI sementara dan P3T2 ( yang akan berujung penonaktifan status mahasiswa) untuk Farid dan Tiqo. Kondisi semakin panas dan tidak terkontrol. Kami pada posisi kami. Dan Mahalum pada posisi Mahalum. Ketika media massa mulai ‘mengendus’ masalah ini, Anda tiba-tiba melakukan konferensi pers. Anda bilang kepada pers, bahwa ini hanya masalah kesalahpahaman antara Pak Komar dengan para ketua BEM. Anda bilang, Pak Komar masih muda sebagai Direktur Kemahasiswaan jadi terlalu gegabah dalam pengambilan keputusan. Sedangkan surat Pembekuan BEM UI yang dikeluarkan oleh Pak Komar Anda batalkan.
Dalam pertemuan selanjutnya antara Anda, kami dan para Mahalum Anda di kantor Anda saat itu, Anda dengan sangat sadar dan tegas memihak kepada kami para mahasiswa. Anda bahkan ‘memarahi’ mahalum yang kurang dewasa dalam memperlakukan kami. Di ruangan itu, Anda pun menyetujui aspirasi kami.
Pertama, anda menyetujui bahwa sistem pembayaran di UI hanya ada satu: yaitu BOP B. Kedua, Anda menyetujui bahwa pelaksanaan proses BOP B dijalankan dengan Transparan dan Akuntabel (bahkan anda saat itu bilang, kalau bisa dibuka aja semuanya biar semua tahu dan tidak ada kecurigaan). Ketiga, proses BOP B akan melibatkan mahasiswa (dalam hal ini Adkesma) 100%, mulai dari awal proses sampai finalisasi. Dan yang keempat, Anda meminta kami para mahasiswa dengan para mahalum baikan kembali, tidak ada lagi konflik.
Alhamdulilah, akhirnya kami pun lega. Karena tahun 2010 nanti akan terjadi perbaikan.
‘Ayahanda’ Gumilar Rusliwa Soemantri
Sekarang tahun 2010, dan saya sudah tidak aktif lagi sebagai Ketua BEM FEUI. Saya sudah tidak mengikuti lagi proses yang berkembang. Namun, setelah bertemu dengan teman-teman yang masih aktif, untuk sekali lagi, JANJI-JANJI ITU TIDAK TERBUKTI LAGI. Sampai pada titik ini, SAYA SUDAH BENAR-BENAR KEHILANGAN KEPERCAYAAN KEPADA ANDA. Sulit bagi saya menerima semua kenyataan ini. Hingga kini, saya masih belum bisa mengerti cara berpikir Anda.
Demikian surat ini saya tulis, segala yang tertulis yang ada disini, saya sebagai pribadi mempertanggungjawabkannya dengan konsisten dan konsekwen.
Mohon maaf jika ini kurang berkenan, tapi sungguh, saya harus menyampaikan semua ini sebagai tanggungjawab atas peran sejarah kemahasiswaan yang pernah saya lakukan.
Depok, 29 Mei 2010, Pukul 12.55
Tertanda
Muhammad Kholid
( Mahasiswa FEUI, semester 8)
===============================================
TANGGAPAN
Tanggapan Surat Terbuka Untuk Rektor UI:Prof.Gumilar Rusliwa Soemantri
(Hasil Pertemuan 2 Juni)
Rabu, 2 Juni kemarin pukul 08.00 , saya dipanggil oleh Prof.Gumilar
Rusliwa Soemantri di ruang kerjanya. Dalam pertemuan itu, hadir
beberapa orang seperti Pak Kamarudin (Direktur Kemahasiswaan UI),
Muhammad Hikam (MWA UI), Pak Firmanzah (Dekan FEUI), Sofwan Al Banna
(Sebagai MWA Unsur Mahasiswa zaman Pak Gumilar terpilih), Bhakti Eko
Nugroho (MWA UM sekarang) beserta sekretarisnya Citra, dan Mbak Devi
(Humas UI).
Dalam pertemuan itu, Bapak Rektor memang mendesain acara itu sebagai
bentuk tanggapan atas Surat Terbuka yang saya tulis. Dan nama-nama
yang tersebut diatas oleh Pak Rektor diposisikan sebagai saksi atas
beberapa kasus yang saya tuliskan dalam Surat Terbuka.
Saya mencoba menuliskan point-point penting saja terkait tanggapan Pak
Rektor atas Surat Terbuka saya. Karena terlalu panjang jika saya
menceritakan pertemuan yang berlangsung hampir tiga jam secara detail.
Pertama, perbedaan pemahaman makna janji antara saya dan Pak Rektor.
Bapak Rektor memaknai janji-janji yang saya tuliskan itu bukan janji,
melainkan hanya sebuah aspirasi yang beliau akomodir. Sedangkan saya
dan rekan-rekan mahasiswa memaknai aspirasi yang diterima dan
disetujui oleh Bapak Rektor adalah janji yang harus dipenuhi.
Perbedaan pemahaman akan makna janji inilah yang menjadi pemicu
konflik dan perselisihan paham diantara kami.
Kedua, perbedaan pemahaman akan tanggungjawab pengambilan dan
opersionalisasi kebijakan. Dari perspektif Pak Rektor, tanggungjawab
pengambilan dan operasionalisasi kebijakan tidak sepenuhnya ada
ditangan Rektor. Karena Rektor tidak tahu secara menyeluruh atas
kebijakan-kebijakan terkait kemahasiswaan tersebut. Dan beliau merasa
keberatan dengan surat saya karena menempatkan Bapak Rektor sebagai
pusat semua tanggungjawab atas semua kebijakan dan
operasionalisasinya. Sebagai contoh, masalah BOP. Bapak Rektor kurang
menguasai masalah tersebut, dan lebih tepat jika tanggungjawab atas
kebijakan dan operasionalisasinya di tangan Bapak Kamarudin yang tahu
pasti.
Ketiga, Perbedaan perspektif akan peran mahasiswa. Bagi Bapak Rektor,
mahasiswa bukanlah stakeholder, jadi mereka tidak perlu diikutkan
dalam proses pembuatan kebijakan meskipun itu berhubungan langsung
dengan kepentingan mahasiswa. Sedangkan kami mahasiswa, berpandangan
mahasiswa juga stakeholder UI oleh karena itu kami harus
diikutsertakan dalam proses pengambilan kebijakan yang berkaitan
langsung dengan kepentingan mahasiswa. Sebagai contoh, dalam kasus
BOP. Bagi Pak Rektor, Mahasiswa hanya diikutkan maksimal dalam
membantu proses advokasi bagi maba-maba yang mengalami kesulitan
keuangan. Mahasiswa tidak perlu tahu secara detail proses pengambilan
kebijakannya.
Keempat, BOP B sebagai sistem pembayaran. Bagi kami mahasiswa (dan
disahkan oleh Sk Rektor tahun 2008) bahwa sistem Pembayaran yang
disepakati bersama adalah BOP Berkeadilan (Artinya mahasiswa membayar
sesuai dengan kemampuan dan kondisi keuangannya saat itu). Sedangkan
menurut Rektor (dalam hal ini Bapak Kamarudin yang lebih memahami),
BOP Berkeadilan bukan satu-satunya sistem pembayaran. Sistem
pembayaran ada tiga: pembayaran penuh, pembayaran cicilan dan baru
jika memang tidak mampu masuk sistem BOP B. Kenapa demikian? Karena
menurut Pak Kamar, sistem BOP B dibeberapa kasus mengalami masalah
bagi mahasiswa-mahasiswa yang mampu, karena mereka tidak berkenan ikut
proses BOP B .
Kelima, masalah matrix BOP B. Pak Kamarudin menyangkal pendapat saya
bahwa Matrix yang digunakan dalam sistem pembayaran BOP B telah
diganti. Bukan matrix yang dibuat bersama-sama mahasiswa. Pendapat
beliau bersumber pada pendapat Ahmed (Fakutas Teknik/Tim Pembuat
Matrix). Sedangkan saya berani mengatakan bahwa matrix itu diganti
bersumber kepada Saudara Indra (FIB 2004/Tim Pembuat Matrix) dan
Saudara Edwin (Ketua BEM UI 2008).
Keenam, masalah bukti dan data yang valid. Bapak Rektor menanyakan
semua bukti tertulis, data yang valid terkait dengan semua yang saya
tuliskan dalam Surat Terbuka itu. Dan saya menjawab bahwa semua yang
saya tuliskan dalam Surat Terbuka itu adalah semua hal yang saya alami
sendiri, saya lihat, rasakan dan dengar. Masalah bukti-bukti tertulis
dan data-data yang valid, saya memang saat ini tidak memilikinya.
Namun, saya memiliki banyak saksi teman-teman mahasiswa yang kebetulan
mereka tidak diundang dalam pertemuan dengan Bapak Rektor tersebut.
Demikian garis besar pembicaraan dalam pertemuan kemarin pagi. Dalam
closing statement, saya menyampaikan kepada semua orang yang hadir
saat itu bahwa saya akan mempertanggungjawabkan semua apa yang saya
tuliskan. Jika memang yang saya tuliskan itu benar, maka saya tidak
akan merubahnya. Dan jika memang yang saya tuliskan salah, saya akan
merubahnya. Dan tentunya saya menerima segala konsekwensi yang ada.
Terakhir, saya memohon maaf sebesar-besarnya kepada Bapak Rektor,
karena memang seharusnya Surat Terbuka ini sampai untuk pertamakalinya
di meja Bapak Rektor terlebih dahulu, dan menunggu respon dari beliau
sebelum saya menyebarluaskannya ke publik. Dalam hal ini saya telah
mengakui kesalahan besar itu dalam forum tersebut. Karena, tindakan
saya ini justru menyebarluaskan aib internal almamater sendiri.
Bapak Rektor telah mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah ini
secara arif dan bijaksana dalam bingkai kekeluargaan. Beliau tidak
akan membawanya kejalur Hukum atau Sanksi akademis. Bapak Rektor juga
menganggap Surat Terbuka ini sebagai bentuk kepedulian saya atas
permasalahan yang muncul di UI. Hal ini perlu diapresiasi katanya.
Namun, kedepan harus diperbaiki dalam cara menyampaikannya sehingga
apa yang disuarakan bisa sama-sama saling menguntungkan.
Untuk kedepan, Bapak Rektor sangat terbuka kepada semua pihak untuk
menyampaikan langsung masukan dan kritikannya atas semua kebijakan
yang beliau tetapkan.
Demikian Penjelasan Pertemuan 2 Juni kemarin ini saya tulis sebagai
bentuk atas tanggungjawab saya dalam mendudukan permasalahan yang
sebenarnya.
Terimakasih, mohon maaf jika ada khilaf.
Tertanda
Muhammad Kholid
Mahasiswa FEUI angkatan 2006
--------------------------------------